Potret
Di sudut kamar seorang dara
Tergantung potret serdadu senyum:
“Tunggu! Sepulangku, bahtera kita kayuh!
Di atasnya salib: Pahlawan kasih yang
belum jua pulang.
Kini dara sudah lama tak menunggu lagi.
Langkah-langkah pelan, yang biasa datang
Menjelang tengah malam dari kebun belakang
Bawa cium dan kembang –
Takkan lagi kunjung datang.
Di sudut kamar seorang dara
Tergantung potret serdadu senyum:
“Tunggu! Sepulangku, bahtera kita kayuh!
Di atasnya salib: Pahlawan kasih yang
belum jua pulang.
Kini dara sudah lama tak menunggu lagi.
Langkah-langkah pelan, yang biasa datang
Menjelang tengah malam dari kebun belakang
Bawa cium dan kembang –
Takkan lagi kunjung datang.
Di sudut kamar seorang dara
Tergantung
potret serdadu senyum:
“Jangan tunggu!
Aku bangkai dalam bingkai!
Di atasnya
salib: Pahlawan kasih yang
masih jua belum
pulang.
Kini dara sudah
lama dalam biara.
Ballade
Kucing dan Otolet
Di jalan ada bangke
Kucing digilas otolet
Darah
Ngeong tak sudah
Selebihnya:
Langit biru
Dan manusia buru-buru
Otolet makin rame
Di tuhan punya jalan
Bangke makin rata
Di aspal panas
Penumpang gigimas
Bercanda
Di Surga
Kucing pangku supir kaya
Dan cekik
Tuhan
Di jalan ada bangke
Kucing digilas otolet
Darah
Ngeong tak sudah
Selebihnya:
Langit biru
Dan manusia buru-buru
Otolet makin rame
Di tuhan punya jalan
Bangke makin rata
Di aspal panas
Penumpang gigimas
Bercanda
Di Surga
Kucing pangku supir kaya
Dan cekik
Tuhan
Merah
Jambu Di Melati
Kepada Sitor Situmorang
Ada darah tiris
Dari hati atas melati
Satu satu
Ada melati tumbuh
Diciuman segara dengan gurun
Jauh jauh
Darah beku
Melati layu
Tapal sayu
Ada murai atas cactus
Ada cactus dalam hati
Ada kicau berduri
Sunyi sunyi
Kepada Sitor Situmorang
Ada darah tiris
Dari hati atas melati
Satu satu
Ada melati tumbuh
Diciuman segara dengan gurun
Jauh jauh
Darah beku
Melati layu
Tapal sayu
Ada murai atas cactus
Ada cactus dalam hati
Ada kicau berduri
Sunyi sunyi
Bintang
tak Bermalam
(nocturne untuk Nany Jasodiningrat)
Bertengger atas risau lembayung
Bintang tak tahu
Ke mana pijar hendak dipenjar
(Siang telah reguk segala warna
Bahkan kelam
Tak lagi bagi malam)
Dan pada pelangi
(Yang hanya di siang)
Tak ada berwakil
Warna bintang jatuh
(nocturne untuk Nany Jasodiningrat)
Bertengger atas risau lembayung
Bintang tak tahu
Ke mana pijar hendak dipenjar
(Siang telah reguk segala warna
Bahkan kelam
Tak lagi bagi malam)
Dan pada pelangi
(Yang hanya di siang)
Tak ada berwakil
Warna bintang jatuh
Pengakuan
Aku ingin memberi pengakuan:
Bulan yang gerhana esok malam
telah kutukar pagi ini
dengan wajah terlalu bersegi
pada kaca yang retak oleh
tengadah derita kepada esok
Kulecut hari berbusa merah
Jambangan di depan jendela terbuka
menyiram kesegaran pagi dengan
pengakuan:
esok adalah bulan purnama
Aku ingin memberi pengakuan:
Bulan yang gerhana esok malam
telah kutukar pagi ini
dengan wajah terlalu bersegi
pada kaca yang retak oleh
tengadah derita kepada esok
Kulecut hari berbusa merah
Jambangan di depan jendela terbuka
menyiram kesegaran pagi dengan
pengakuan:
esok adalah bulan purnama
3/4
langit selalu biru cerah
bila dadaku pecah
dan hatiku hitam
angin yang kupatah-patah
sampai tigatiga-perempat
ke sudut diriku
dan bertanya di mana aku mungkin
bertemu
langit selalu biru cerah
bila dadaku pecah
bulan sabit hitam
membenam aku dalam aku
yang patah-patah
tigatiga-perempat
langit selalu biru cerah
bila dadaku pecah
dan hatiku hitam
angin yang kupatah-patah
sampai tigatiga-perempat
ke sudut diriku
dan bertanya di mana aku mungkin
bertemu
langit selalu biru cerah
bila dadaku pecah
bulan sabit hitam
membenam aku dalam aku
yang patah-patah
tigatiga-perempat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar