Jumat, 03 Mei 2013

Kumpulan puisi Tengsoe Tjahjono



HANYA HUJAN

suara yang mengeras di luar jendela. membeku
Selaput jala matamu mengabur menangkap senja pekat
ada hari yang lenyap
pada detik asing oleh alpa abadi

"Masa depan itu punyamu, anakku!"
Kalimat-kalimat usang dari orang-orang tua sepertiku
apa artinya? Hidup adalah gasing
berputar dan terbanting
mengapung pada parit busuk dan waktu yang lenyap selalu

suara yang mengeras di luar jendela, kenapa tak
sampai ke hatimu, padahal kupingku selalu teriris
oleh kebenaran yang dipupukkan

Miris aku mengeja!
AYO

bacalah kitab yang terbuka di hadapanmu, anakku
wajahmu tua, pucat pasi, lunglai
Itu ada saatnya, ketika matahari tak lagi jadi punyamu
dan jalan tinggal sepotong mengantarkanmu ke labirin sepi

bacalah sekali lagi, atau berulang kali
lalu format di jiwamu langkah kerucut menuju sudut
agar hujan kemarin tidak melahirkan badai
tapi sungai yang menjulur ke muara
: simfoni dalam balkon orkestra
KWATREN JEMARI

hanya jemari yang setia menghitung
tanda arang pada dinding
seperti sejarah yang hilang
catatan yang terus terbuka menanti kaubaca
MEMBACA WAKTU

memulai dari mana. kelenjar itu tak berwarna
tanda-tanda yang biasa dibaca
mengabut-menjelaga

langkah siapa berhenti dekat pintu
untuk membuka zaman yang tiada
daun kemboja berguguran tanpa bunga
lembut oleh lumut dan debu
"Tuhan, tak pantas aku cemburu pada-Mu"

lalu bersijingkat, seakan masih kemarin
padahal waktu sudah seribu tahun terkubur
tangan masih sepi oleh keringat dan luka
ah, tanpa bencana?

dan pintu
tak bisa menunjukkan waktu
padamu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar